Kamera Canon EOS 1100D (Digital Rebel T3) merupakan kamera DSLR pemula yang populer. Ring manual fokus terdapat di paling depan lensa dan ikut berputar saat kamera mencari fokus, tipikal lensa kit murah meriah pada umumnya, singkat kata lensa ini tidak nyaman dipakai untuk manual fokus. Memotret memakai RAW atau memaksimalkan Picture.
Sedangkan teknik Freezing yang pasti bukan freezer (kulkas), freezing dalam bahasa inggris artinya beku / berhenti didalam teknik ini mengutamakan gaya bebas dan lebih dominan bukan masalah melayang seperti Levitasi. Levitasi (Petani Berjalan Melayang) Freezing (Sliding Water) Secara sederhana semua foto yang sengaja dibekukan, mau melayang, lompat dan lain-lain dengan speed tinggi itu sudah pasti dinamakan Freezing. Sedangkan tidak semua teknik Freezing itu bisa dikategorikan levitasi. Perbedaan Levitasi dan Freezing. Levitasi = Freeze + acting. Misalnya begini, foto melayang tapi seakan-akan itu tidak dibuat-buat, jadi melayangnya seakan-akan alami apa adanya.
Kalau levitasi jepretnya ketika model melompat ke atas, sedangkan Freezing bebas. Ini agar foto hasil jepretan terlihat alami. Orang melompat ke atas kan rambutnya otomatis berkibar itu, kalau pas berkibar itu dijepret ini bisa dikategorikan bukan levitasi.
Hampir semua Levitasi diambil dari angle bawah. Maksudnya posisi kamera dari sudut bawah pengambilan gambarnya, sedangkan Freeze segala arah asal gerakan itu beku. Hanya 3 macam perbedaan yang saya ketahui, mungkin untuk anda yang lebih tahu tentang teknik ini mungkin bisa memberikan masukan komentar. Jadi intinya Levitasi itu membekukan objek tapi seakan akan itu tidak dibekukan, tidak ada unsur dibuat-buat, apa adanya dan alami. Sedangkan Freezing apapun itu yang menggunakan speed tinggi dan dibekukan itu sudah pasti Freezing. Motor balap yang melaju kencang dan dijepret itu Freezing. Jadi kesimpulannya Levitasi bisa saja termasuk Freezing, sedangkan Freezing belum tentu Levitasi Bagaimana menurut anda?
Pilih Freezing atau Levitasi?
Selamat datang agan' sebelumnya maaf kalo ane salah kamar, soalnya ane nyari kategori tentang fotografi engga ada ane cuman mau berbagi cerita tentang kamera ane, semoga membantu agan' yang lagi binggung milih kamera DSLR Kamera Canon EOS 1100D (Digital Rebel T3) merupakan kamera DSLR pemula yang populer. Kamera seharga 4,5 juta plus lensa kit EF-S 18-55mm IS ini adalah penerus dari EOS 1000D yang penjualannya sukses di masa lalu, dengan segmentasi utama adalah kalangan budget minded yang mencari kamera simpel, bagus namun terjangkau. EOS 1100D ini dihadirkan untuk menjadi kompetitor seperti Nikon D3100, Pentax K-r maupun Sony A390.
Seperti apa review yang ane buat terhadap si mungil ini? Desain secara umum 1100D relatif tipikal EOS pemula dengan area atas terdapat tombol ON-OFF, satu roda putar untuk mengatur eksposur, satu mode dial dan satu tombol untuk menyalakan flash.
Semuanya terkonsentrasi di sebelah kanan sehingga mudah dijangkau jari telunjuk kanan. Mode dial sendiri tersusun atas manual exposure seperti P, TV, AV, M dan A-DEP, serta berbagai scene mode seperti flash off, Creative Auto, Potrait, Landscape dan Movie. Kotak hijau adalah AUTO yang benar-benar otomatis termasuk pengaturan ISO dan lampu kilat.
Flash hot shoe berada di tengah dan diapit oleh built-in flash yang sudah mendukung E TTL-II. Pada bagian depan terdapat mount logam untuk tempat memasang lensa, dengan dua titik warna yaitu putih (untuk lensa EF-S) dan merah (untuk lensa EF).
Jadi EOS 1100D kompatibel dengan lensa Canon apapun, baik EF maupun EF-S. Tidak ada sistem pembersih debu di EOS 1100D, untuk membersihkan debu agan perlu masuk ke menu untuk mengangkat cermin dan membersihkan debu secara manual.
Di sebelah mount lensa ada lampu untuk mengurangi mata merah akibat kena cahaya lampu kilat, dan sebuah microphone mono diatas logo EOS 1100D yang berfungsi untuk merekam suara saat mode movie. EOS 1100D dibekali dengan lensa kit EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS. Lensa dengan mount plastik ini punya diameter filter 58mm dilengkapi dengan peredam getar (stabilizer). Pada bagian kiri terdapat dua tuas, yaitu tuas Auto atau Manual fokus (AF-MF) dan satu lagi tuas untuk mengaktifkan stabilizer. Lensa kit ini akan memiliki fokal setara dengan 29-88mm yang sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
Ring manual fokus terdapat di paling depan lensa dan ikut berputar saat kamera mencari fokus, tipikal lensa kit murah meriah pada umumnya, singkat kata lensa ini tidak nyaman dipakai untuk manual fokus. Pada bagian belakang, tempat dimana berbagai tombol penting dan layar LCD, tertata dengan cukup apik.
Pada EOS 1100D terdapat tombol penting untuk mengakses menu cepat yaitu tombol Q (Quick Menu) dan ada juga tombol dengan titik merah untuk Live view (yang juga berfungsi untuk memulai dan mengakhiri perekaman video). Tombol panah atas juga berfungsi untuk jalan pintas mengganti ISO, tombol panah kanan untuk mengganti mode AF, tombol panah bawah untuk mengganti pilihan WB dan tombol panah kiri untuk pilihan berbagai drive mode. Suatu manfaat yang besar mengingat EOS 1100D sebenarnya ditujukan buat pemula.
Jendela bidik optik pada EOS 1100D punya cakupan 95% dan pembesaran 0,8 kali, cukup terang untuk dilihat. Terdapat roda kecil pengatur diopter untuk menyesuaikan fokus jendela bidik bagi mereka yang berkaca mata.
Di bagian bawah terdapat dudukan tripod dari logam yang posisinya sejajar dengan lensa. Ada juga info mengenai serial number dan tulisan kalau kamera ini dibuat di Taiwan. Penempatan baterai LP-E10 dan memory card terdapat di bagian bawah dengan pintu yang sama, sementara pintu samping bila dibuka akan menampakkan port untuk remote, port HDMI dan port USB. Agan mencari port untuk mic eksternal?
Sori, tidak ada. Baiklah, yang terakhir kita lihat contoh foto yang diambil dengan berbagai nilai ISO untuk melihat kemampuan ISO tinggi dari kamera ini.
Ane tidak mencoba ISO 100 dan 200. ISO 400: ISO 800: ISO 1600: ISO 3200: ISO 6400: Tampak pada ISO tertinggi pun hasil foto dari EOS 1100D masih cukup baik, apalagi bila cukup cahaya. Sebuah kinerja yang memuaskan menurut ane. Agan bisa dengan tenang memakai ISO 1600 sebagai batas antara kualitas dan noise, sedang ISO 3200 ke atas bisa dipilih bila kondisi memaksa. Sebagai penutup, kesan ane terhadap kamera ini cukup memuaskan terutama dalam hal kualitas hasil foto dan ISO tingginya. Ditunjang dengan sensor CMOS 12 MP dan Digic 4 yang mumpuni, soal hasil foto tentu sudah tidak diragukan. Untuk hasil foto terbaik tinggal mencari lensa yang lebih baik, memotret memakai RAW atau memaksimalkan Picture Style saja.
Dengan harga 4,5 juta saat ini, sebuah DSLR modern dengan lensa kit IS, bisa HD movie dan punya 9 titik AF tentu sudah tergolong best buy. Apalagi beragam lensa EF, EF-S dan merk 3rd party (Sigma, Tokina dsb) dengan Canon mount bisa dipakai semuanya tanpa kuatir masalah kompatibilitas auto fokus. Titik lemah kamera ini ada pada hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan foto yang dihasilkan, misal material bodi yang tidak semantap EOS diatasnya, layar LCD yang kurang besar dan kurang detil serta ada beberapa fitur yang dihilangkan (spot metering, anti debu, manual eksposur saat merekam video).
Selain itu burst kamera ini cuma 3 fps yang masih dirasa kurang cepat.